Selasa, 04 Maret 2014

Implikasi Keimanan

Melanjutkan postingan saya yang berisi Tentang Keimanan, disitu dijelaskan jika keimanan diartikan sebagai percaya, maka ciri-ciri orang yang beriman tidak ada yang mengetahuinya kecuali hanya Alloh saja, karena yang tahu isi hati manusia hanyalah Dia. Karena pengertian iman sesungguhnya adalah meliputi aspek kalbu, ucapan dan perilaku, maka ciri-ciri orang yang beriman dapat diketahui antara lain.

1. Tawakal.
Apabila dibacakan ayat-ayat Alloh, kalbunya akan terangsang untuk melaksanakannya seperti dinyatakan dalam Al-Quran surat Al-Anfaal (8) : 2

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُہُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡہِمۡ 

ءَايَـٰتُهُ ۥ زَادَتۡہُمۡ إِيمَـٰنً۬ا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ

Artinya:  Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah apabila disebut (nama) Alloh, gemetarlah hati mereka, dan apabi;a dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka dan mereka bertawakal kepada Tuhannya.

Tawakal yaitu senantiasa hanya mengabdi (hidup) menurut apa yang diperintahkan oleh Alloh. Dengan kata lain, orang yang bertawakal adalah orang yang menyandarkan berbagai aktivitasnya atas perintah Alloh. Seorang mukmin apabila dia makan bukan didorong oleh perutnya yang lapar, akan tetapi karena sadar akan perintah Alloh. QS. Al Baqarah (2) : 172

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ڪُلُواْ مِن طَيِّبَـٰتِ مَا رَزَقۡنَـٰكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِلَّهِ إِن 

ڪُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ
Artinya: Hai sekalian orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baik-baik yang Kami rezekikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Alloh jika hanya kepada-Nya kamu menyembah.

Seseorang yang makan dan minum karena didorong oleh perasaan lapar atau haus, maka mukminnya adalah mukmin yang batil, karena perasaanlah yang menjadi penggeraknya. Dalam konteks Islam, bila makan pada hakikatnya melaksanakan perintah Alloh supaya fisiknya kuat untuk beribadah (dalam arti luas) kepada-Nya.

2. Mawas Diri dan Bersikap Ilmiah.
Pengertian mawas diri disini dimaksudkan agar seseorang tidak terpengaruh oleh berbagai kasus dari manapun datangnya, baik dari kalangan jin dan manusia, bahkan mungkin juga datang dari dirinya sendiri. QS. An-Naas (114) : 1-3 

قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ (١) مَلِكِ ٱلنَّاسِ (٢) إِلَـٰهِ ٱلنَّاسِ

Artinya: Katakanlah "Aku berlindung kepada Tuhan yang memelihara manusia (1) Yang menguasai manusia (2) Tuhan bagi manusia(3).

Mawas diri berhubungan dengan alam pikiran, yaitu bersikap kritis dalam menerima informasi, terutama dalam memahami nilai-nilai dasar keislaman. Hal ini diperlukan agar kita terhindar dari berbagai fitnah. QS. Ali Imran (3) : 7

هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ مِنۡهُ ءَايَـٰتٌ۬ مُّحۡكَمَـٰتٌ هُنَّ أُمُّ ٱلۡكِتَـٰبِ 

وَأُخَرُ مُتَشَـٰبِهَـٰتٌ۬‌ۖ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِمۡ زَيۡغٌ۬ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَـٰبَهَ مِنۡهُ 

ٱبۡتِغَآءَ ٱلۡفِتۡنَةِ وَٱبۡتِغَآءَ تَأۡوِيلِهِۦ‌ۗ وَمَا يَعۡلَمُ تَأۡوِيلَهُ ۥۤ إِلَّا ٱللَّهُ‌ۗ وَٱلرَّٲسِخُونَ فِى 

ٱلۡعِلۡمِ يَقُولُونَ ءَامَنَّا بِهِۦ كُلٌّ۬ مِّنۡ عِندِ رَبِّنَا‌ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَـٰبِ

Artinya: Dialah yang menurunkan kitab (Al-Quran) kepadamu, diantaranya ada ayat-ayat yang muhamat (terang maknanya), itulah ibu (pokok) Kitab; dan yang lain mutasabihat (tidak terang maknanya). Maka adapun orang-orang yang hatinya cenderung kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasabihat untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya kecuali Alloh. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata "Kami beriman dengannya (kepada ayat-ayat mutasabihat); semuanya itu dari sisi tuhan kami". dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang-orang yang mempunyai pikiran.

Atas dasar pemikiran tersebut hendaknya seorang tidak dibenarkan menyatakan sesuatu sikap, sebelum mengetahui terlebih dahulu permasalahannya, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran antara lain QS. Al-Israa' (17) : 36

وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌ‌ۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ 

كَانَ عَنۡهُ مَسۡـُٔولاً۬
Artinya: Dan janganlah engkau turut apa-apa yang engkau tidak ada ilmu padanya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan ditanya.

3. Optimis Dalam Menghadapi Maa Depan
Perjalanan hidup manusia tidak seluruhnya mulus, akan tetapi kadang-kadang mengalami berbagai rintangan dan tantangan yang memerlukan pemecahan dan jalan keluar. ajika suatu tantangan atau permasalahan tidak dapat diselesaikan segera, tantangan tersebut akan semakin menumpuk. Jika seseorang tidak dapat menghadapi dan menyelesaikan suatu permasalahan, maka seseorang tersebut dihinggapi penyakit psikis, yang lazim disebut dengan penyakit kejiwaan, antara lain frustasi, nervous, depresi dan sebagainya. Al-Quran memberikan petunjuk kepada umat manusia untuk selalu bersikap optimis karena pada hakikatnya tantangan merupaka pelajaran bagi setiap manusia. Hal tersebut dinyatakan dalam surat Al-Insiyirah (94) : 5-6. jika seorang telah merasa melaksanakan sesuatu perbuatan dengan penuh perhitungan, tidaklah perlu memikirkan bagaimana hasilnya nanti, karena hasil adalah akibat dari sesuatu perbuatan. Namun Nabi Muhammad mnyatakan bahwa orang yang hidupnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin, dia sesuangguhnya adalah orang yang merugi, dan apabila hidupnya sama dengan hari kemarin berarti tertipu, dan yang bahagia adalah orang yang hidupnya hari ini lebih baik daripada hari kemarin.

Jika optimisme merupakan suatu sikap yang terpuji, maka sebaliknya pesimisme merupakan sikap yang tercela. Sikap ini seharusnya tidak tercermin pada diri seorang mukmin. Hal ini seperti dinyatakan dalam surat Yusuf (12) : 87, sedangkan sikap putus asa atau yang searti dengan kata tersebut hanyalah dimiliki oleh orang-orang kafir.
QS. Yusuf (12) : 87

يَـٰبَنِىَّ ٱذۡهَبُواْ فَتَحَسَّسُواْ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَاْيۡـَٔسُواْ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ‌ۖ 

إِنَّهُ ۥ لَا يَاْيۡـَٔسُ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡكَـٰفِرُونَ

Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Alloh melainkan kaum yang kafir.
Selengkapnya >>

Senin, 03 Maret 2014

Makna Silaturahim


Selengkapnya >>

Tentang Keimanan

Keimanan merupakan asas penentu dalam kehidupan manusia, sebab itu dalam perspektif ajaran islam, manusia dikelompokkan berdasarkan keimanannya yakni (1). Kelompok kafir, dan (2) kelompok mukmin. Kesahihan dan ketajaman dalam memahami dan mencermati konsep tentang keimanan mempunyai relevansi dalam memahami dan mencermati serta mengimplementasikan nilai-nilai ilahiyah dalam kehidupan manusia. Uraian yang akan saya sajikan ini merupakan salah satu pemikiran dalam rangka redefinisi keimanan dalam rangka refungsionalisasi konsep ketuhanan.

Keimanan berasal dari kata dasar "iman". Untuk memahami pengertian iman dalam ajaran islam setrateginya yaitu mengumpulkan ayat-ayat al-qur'an atau hadits yang redaksionalnya terdapat kata iman, atau kata lain yang dibentuk dari kata tersebut, yaitu "ammana" (fi'il madhi/bentuk telah), "yu'minu" (fi'il mudhar/bentuk sedang atau akan), dan mukminun (pelaku/orang yang beriman). Selanjutnya dari ayat-ayat atau hadits tersebut dicari pengertiannya.
Dalam al-quran terdapat sejumlah ayat yang berbicara tentang iman di antaranya QS. Al-Baqarah (2) : 165.

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادً۬ا يُحِبُّونَہُمۡ كَحُبِّ ٱللَّهِ‌ۖ وَٱلَّذِينَ 

ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبًّ۬ا لِّلَّهِ‌ۗ وَلَوۡ يَرَى ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓاْ إِذۡ يَرَوۡنَ ٱلۡعَذَابَ أَنَّ ٱلۡقُوَّةَ 

لِلَّهِ جَمِيعً۬ا وَأَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعَذَاب

Artinya: Dan ada diantara manusia mengambil dari selain Alloh sebagai tandingan, mereka mencintainya sebagaimana mencintai Alloh. Dan orang yang beriman, bersangatan cintanya kepada Alloh. Dan jika sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat azab (tahulah mereka) bahwa sesungguhnya seluruh kekuatan itu kepunyaan Alloh dan sesungguhnya Alloh it sangat keras azab-Nya (pasti mereka menyesal). 

Berdasarkan redaksi ayat tersebut, iman identik dengan asyaddu hubaan lillah. Hub artinya kecintaan atau kerinduan. Asyaddu adalah kata superlatif syadiid (sangat). Asyaddu hubban berarti sikap yang menunjukkan kecintaan atau kerinduan luar biasa. Lillah artinya kepada atau terhadap Alloh. Dari ayat tersebut tergambar bahwa iman adalah sikap (atitude), yaitu kondisi mental yang menunjukkan kecenderungan atau keinginan luar biasa terhadap Alloh. Orang-orang yang beriman kepada Alloh berarti orang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau kemauan yang dituntut oleh Alloh kepadanya. 

Ibnu majjah dalam Sunannya meriwayatkan bahwa nabi pernah bersabda sebagai berikut. "Iman adalah ketertarikan antara kalbu, ucapan dan perilaku". (Menurut Al-Sakawy dalam Al-Muqasid, Al-Hasanah, hal 140, kesahihan hadits tersebut dapat dipertanggungjawabkan) Aqdun artinya ikatan, keterpaduan, kekompakan. Qolbu adalah potensi psikis yang berfungsi untuk memahami informsi. 
Ini berarti identik dengan pikiran atau akal. Kesimpulan ini berdasarkan QS. Al-A'raaf (7) : 179 

وَلَقَدۡ ذَرَأۡنَا لِجَهَنَّمَ ڪَثِيرً۬ا مِّنَ ٱلۡجِنِّ وَٱلۡإِنسِ‌ۖ لَهُمۡ قُلُوبٌ۬ لَّا يَفۡقَهُونَ بِہَا 

وَلَهُمۡ أَعۡيُنٌ۬ لَّا يُبۡصِرُونَ بِہَا وَلَهُمۡ ءَاذَانٌ۬ لَّا يَسۡمَعُونَ بِہَآ‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ 

كَٱلۡأَنۡعَـٰمِ بَلۡ هُمۡ أَضَلُّ‌ۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡغَـٰفِلُونَ 

Artinya: Dan sungguh Kami telah sediakan untuk (isi) neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia; mereka mempunyai hati tetapi tidak mau memahami dengannya, mereka mempunyai mata, mereka tidak melihat dengannya tetapi mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak mendengar dengannya. Mereka itu seperti binatang ternak bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai. 

Iqrar artinya pernyataan atau ucapan. Iqrar bil lisaan dapat diartikan dengan menyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Amal bil arkan artinya perilaku gerakan perangkat anggota tubuh. Perbuatan dalam kehidupan keseharian. Berdasarkan tafsiran tersebut diketahui, bahwa rukun (struktur) iman ada tiga aspek yaitu : kalbu, lisan, dan perbuatan. Tepatlah jika iman didefinisikan dengan pendirian yang diwujudkan dalam bentuk bahasa dan perilaku. Jika pengertian ini diterima, maka istilah iman identik dengan kepribadian manusia seutuhnya, atau pendirian yang konsisten. Orang yang beriman berarti orang yang memiliki kecerdasan, kemauan dan keterampilan. Kata iman dalam Al Quran pada umumnya dirangkaikan dengan kata lain. Kata rangkaian itulah yang memberikan nilai tentang suatu yang diimaninya. Jika kata iman dirangkaikan dengan kata-kata yang negatif berarti nilai iman tersebut negatif. Dalam istilah Al Quran, iman yang negatif disebut kufur, pelakunya disebut kafir.

Berikut ini dikemukakan beberapa ayat yang mengemukakan kata iman dikaitkan dengan nilai yang negatif di antaranya Qs. An-Nisaa' (4) : 5. 

وَلَا تُؤۡتُواْ ٱلسُّفَهَآءَ أَمۡوَٲلَكُمُ ٱلَّتِى جَعَلَ ٱللَّهُ لَكُمۡ قِيَـٰمً۬ا وَٱرۡزُقُوهُمۡ فِيہَا 

وَٱكۡسُوهُمۡ وَقُولُواْ لَهُمۡ قَوۡلاً۬ مَّعۡرُوفً۬ا

Artinya: Apakah engkau tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Alkitab, mereka percaya kepada jibt (sesembahan selain Alloh) dan thagut (berhala) dan mereka berkata kepada orang-orang kafir bahwa mereka lebih benar jalannya daripada orang-orang yang beriman. 

Kata iman pada ayat tersebut dirangkaikan dengan kata jibti dan taghut, syaithan dan apa saja yang disembah selain Alloh. Kata iman dikaitkan dengan kata batil (yang tidak benar menurut Alloh). QS. Al-Ankabut (29) : 51.

أَوَلَمۡ يَكۡفِهِمۡ أَنَّآ أَنزَلۡنَا عَلَيۡكَ ٱلۡڪِتَـٰبَ يُتۡلَىٰ عَلَيۡهِمۡ‌ۚ إِنَّ فِى ذَٲلِكَلَرَحۡمَةً۬ 

وَذِڪۡرَىٰ لِقَوۡمٍ۬ يُؤۡمِنُونَ

Artinya: Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwa kami telah menurunkan kitab kepadamu yang dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah rahmat dan peringatan bagi kaum yang beriman. 

 Adapun kata iman yang dirangkaikan dengan yang positif antara lain Qs. Al-Baqarah (2) : 4 

وَٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبۡلِكَ وَبِٱلۡأَخِرَةِ هُمۡ 

يُوقِنُونَ

Artinya: Orang-orang yang beriman kepada (Al-Quran) yang diturunkan kepadamu, juga beriman kepada (kitab-kitab Alloh) yang diturunkan sebelummu serta mereka yakin akan adanya akhirat. 

 Qs. Al-Baqarah (2) : 285 

ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ‌ۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ 

وَمَلَـٰٓٮِٕكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيۡنَ أَحَدٍ۬ مِّن رُّسُلِهِۦ‌ۚ وَقَالُواْ سَمِعۡنَا 

وَأَطَعۡنَا‌ۖ غُفۡرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيۡكَ ٱلۡمَصِيرُ

Artinya: Rasul (Muhammad) telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari tuhannya, dan demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Alloh, malaikat-malaikat-Nya, (seraya mereka berkata), "kami tidak membeda-bedakan antara seorang (dengan lain) daripada rasul-rasul-Nya". Dan mereka berkata, "kami dengar dan kami taat". Ampunilah kami wahai Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali.

Dalam Al Quran ada kata iman yang tidak dirangkaikan dengan kata-kata lain, misalnya QS. Al-Baqarah (2) : 165 (baca kembali penjelasan sebelumnya).
Selengkapnya >>