Melanjutkan postingan saya yang berisi Tentang Keimanan, disitu dijelaskan jika keimanan diartikan sebagai percaya, maka ciri-ciri orang yang beriman tidak ada yang mengetahuinya kecuali hanya Alloh saja, karena yang tahu isi hati manusia hanyalah Dia. Karena pengertian iman sesungguhnya adalah meliputi aspek kalbu, ucapan dan perilaku, maka ciri-ciri orang yang beriman dapat diketahui antara lain.
1. Tawakal.
Apabila dibacakan ayat-ayat Alloh, kalbunya akan terangsang untuk melaksanakannya seperti dinyatakan dalam Al-Quran surat Al-Anfaal (8) : 2
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُہُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡہِمۡ
ءَايَـٰتُهُ ۥ زَادَتۡہُمۡ إِيمَـٰنً۬ا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah apabila disebut (nama) Alloh, gemetarlah hati mereka, dan apabi;a dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka dan mereka bertawakal kepada Tuhannya.
Tawakal yaitu senantiasa hanya mengabdi (hidup) menurut apa yang diperintahkan oleh Alloh. Dengan kata lain, orang yang bertawakal adalah orang yang menyandarkan berbagai aktivitasnya atas perintah Alloh. Seorang mukmin apabila dia makan bukan didorong oleh perutnya yang lapar, akan tetapi karena sadar akan perintah Alloh. QS. Al Baqarah (2) : 172
Tawakal yaitu senantiasa hanya mengabdi (hidup) menurut apa yang diperintahkan oleh Alloh. Dengan kata lain, orang yang bertawakal adalah orang yang menyandarkan berbagai aktivitasnya atas perintah Alloh. Seorang mukmin apabila dia makan bukan didorong oleh perutnya yang lapar, akan tetapi karena sadar akan perintah Alloh. QS. Al Baqarah (2) : 172
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ڪُلُواْ مِن طَيِّبَـٰتِ مَا رَزَقۡنَـٰكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِلَّهِ إِن
ڪُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ
Artinya: Hai sekalian orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baik-baik yang Kami rezekikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Alloh jika hanya kepada-Nya kamu menyembah.
Seseorang yang makan dan minum karena didorong oleh perasaan lapar atau haus, maka mukminnya adalah mukmin yang batil, karena perasaanlah yang menjadi penggeraknya. Dalam konteks Islam, bila makan pada hakikatnya melaksanakan perintah Alloh supaya fisiknya kuat untuk beribadah (dalam arti luas) kepada-Nya.
2. Mawas Diri dan Bersikap Ilmiah.
Pengertian mawas diri disini dimaksudkan agar seseorang tidak terpengaruh oleh berbagai kasus dari manapun datangnya, baik dari kalangan jin dan manusia, bahkan mungkin juga datang dari dirinya sendiri. QS. An-Naas (114) : 1-3
قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ (١) مَلِكِ ٱلنَّاسِ (٢) إِلَـٰهِ ٱلنَّاسِ
Artinya: Katakanlah "Aku berlindung kepada Tuhan yang memelihara manusia (1) Yang menguasai manusia (2) Tuhan bagi manusia(3).
Mawas diri berhubungan dengan alam pikiran, yaitu bersikap kritis dalam menerima informasi, terutama dalam memahami nilai-nilai dasar keislaman. Hal ini diperlukan agar kita terhindar dari berbagai fitnah. QS. Ali Imran (3) : 7
هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ عَلَيۡكَ ٱلۡكِتَـٰبَ مِنۡهُ ءَايَـٰتٌ۬ مُّحۡكَمَـٰتٌ هُنَّ أُمُّ ٱلۡكِتَـٰبِ
وَأُخَرُ مُتَشَـٰبِهَـٰتٌ۬ۖ فَأَمَّا ٱلَّذِينَ فِى قُلُوبِهِمۡ زَيۡغٌ۬ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَـٰبَهَ مِنۡهُ
ٱبۡتِغَآءَ ٱلۡفِتۡنَةِ وَٱبۡتِغَآءَ تَأۡوِيلِهِۦۗ وَمَا يَعۡلَمُ تَأۡوِيلَهُ ۥۤ إِلَّا ٱللَّهُۗ وَٱلرَّٲسِخُونَ فِى
ٱلۡعِلۡمِ يَقُولُونَ ءَامَنَّا بِهِۦ كُلٌّ۬ مِّنۡ عِندِ رَبِّنَاۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَـٰبِ
Artinya: Dialah yang menurunkan kitab (Al-Quran) kepadamu, diantaranya ada ayat-ayat yang muhamat (terang maknanya), itulah ibu (pokok) Kitab; dan yang lain mutasabihat (tidak terang maknanya). Maka adapun orang-orang yang hatinya cenderung kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasabihat untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya kecuali Alloh. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata "Kami beriman dengannya (kepada ayat-ayat mutasabihat); semuanya itu dari sisi tuhan kami". dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang-orang yang mempunyai pikiran.
Atas dasar pemikiran tersebut hendaknya seorang tidak dibenarkan menyatakan sesuatu sikap, sebelum mengetahui terlebih dahulu permasalahannya, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran antara lain QS. Al-Israa' (17) : 36
وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ
كَانَ عَنۡهُ مَسۡـُٔولاً۬
Artinya: Dan janganlah engkau turut apa-apa yang engkau tidak ada ilmu padanya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan ditanya.
3. Optimis Dalam Menghadapi Maa Depan
Perjalanan hidup manusia tidak seluruhnya mulus, akan tetapi kadang-kadang mengalami berbagai rintangan dan tantangan yang memerlukan pemecahan dan jalan keluar. ajika suatu tantangan atau permasalahan tidak dapat diselesaikan segera, tantangan tersebut akan semakin menumpuk. Jika seseorang tidak dapat menghadapi dan menyelesaikan suatu permasalahan, maka seseorang tersebut dihinggapi penyakit psikis, yang lazim disebut dengan penyakit kejiwaan, antara lain frustasi, nervous, depresi dan sebagainya. Al-Quran memberikan petunjuk kepada umat manusia untuk selalu bersikap optimis karena pada hakikatnya tantangan merupaka pelajaran bagi setiap manusia. Hal tersebut dinyatakan dalam surat Al-Insiyirah (94) : 5-6. jika seorang telah merasa melaksanakan sesuatu perbuatan dengan penuh perhitungan, tidaklah perlu memikirkan bagaimana hasilnya nanti, karena hasil adalah akibat dari sesuatu perbuatan. Namun Nabi Muhammad mnyatakan bahwa orang yang hidupnya hari ini lebih jelek dari hari kemarin, dia sesuangguhnya adalah orang yang merugi, dan apabila hidupnya sama dengan hari kemarin berarti tertipu, dan yang bahagia adalah orang yang hidupnya hari ini lebih baik daripada hari kemarin.
Jika optimisme merupakan suatu sikap yang terpuji, maka sebaliknya pesimisme merupakan sikap yang tercela. Sikap ini seharusnya tidak tercermin pada diri seorang mukmin. Hal ini seperti dinyatakan dalam surat Yusuf (12) : 87, sedangkan sikap putus asa atau yang searti dengan kata tersebut hanyalah dimiliki oleh orang-orang kafir.
QS. Yusuf (12) : 87
يَـٰبَنِىَّ ٱذۡهَبُواْ فَتَحَسَّسُواْ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَاْيۡـَٔسُواْ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِۖ
إِنَّهُ ۥ لَا يَاْيۡـَٔسُ مِن رَّوۡحِ ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡقَوۡمُ ٱلۡكَـٰفِرُونَ
Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Alloh melainkan kaum yang kafir.